us Jack The Ripper ~ Mitologi Sejarah Dunia

Pengikut

Sabtu, 01 Maret 2014

Jack The Ripper

"Jack the Ripper" (bahasa Indonesia: "Jack sang Pencabik") adalah julukan paling terkenal yang diberikan kepada pembunuh berantai tak dikenal yang aktif di kawasan miskin di sekitar distrik Whitechapel, London, pada tahun 1888. Julukan ini berasal dari sebuah surat yang ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai pembunuh, yang kemudian disebarkan di media. Surat tersebut secara luas diyakini adalah tipuan, dan kemungkinan ditulis oleh seorang jurnalis yang berupaya untuk meningkatkan minat publik terhadap misteri tersebut. Julukan lainnya yang digunakan untuk sang pembunuh pada saat itu adalah "Pembunuh Whitechapel" dan si "Kulit Apron".
Pembunuhan yang dilakukan Ripper umumnya melibatkan wanita tuna susila yang berasal dari daerah kumuh dengan cara memotong tenggorokan kemudian memutilasi perut mereka. Hilangnya organ-organ dalam dari tiga korban Ripper memunculkan dugaan bahwa pelaku memiliki pengetahuananatomi atau bedah. Desas-desus yang menyatakan bahwa pembunuhan ini saling berhubungan merebak pada bulan September dan Oktober 1888, dan beberapa surat yang dikirimkan oleh seseorang yang mengaku sebagai pembunuh diterima oleh media dan Scotland Yard. Surat "From Hell", yang diterima oleh George Lusk dari Komite Kewaspadaan Whitechapel, juga berisikan separo ginjal manusia yang diawetkan, diduga ginjal tersebut merupakan milik salah satu korban. Karena teknik pembunuhan yang luar biasa brutal, dan karena tingginya penafsiran media terhadap misteri ini, publik semakin percaya bahwa pembunuhan ini merupakan pembunuhan berantai tunggal yang dilakukan oleh "Jack the Ripper".
Luasnya liputan surat kabar terhadap misteri ini menyebabkan Ripper meraih ketenaran internasional. Serangkaian penyelidikan mengenai pembunuhan lainnya yang dikenal sebagai Pembunuhan Whitechapel hingga tahun 1891 tidak mampu menghubungkan peristiwa pembunuhan ini dengan pembunuhan pada tahun 1888, namun legenda Jack the Ripper tetap dipercayai. Karena misteri pembunuhan ini tidak pernah terungkap, legenda tersebut semakin kuat, yang turut diiringi dengan penelitian sejarah asli, desas-desus, cerita rakyat, dan sejarah semu. Istilah "ripperologi" diciptakan untuk menggambarkan kajian dan analisis mengenai kasus Ripper. Hingga saat ini, terdapat lebih dari seratus teori mengenai identitas Ripper, dan misteri pembunuhan ini juga telah mengilhami lahirnya berbagai karya fiksi.

Pengaruh Dari Jack The Ripper

Pembunuhan ini telah menarik perhatian berbagai kalangan mengenai kondisi hidup yang buruk di East End. Opini publik terhadap kawasan Whitechapel yang kumuh, sesak, dan tidak sehat, merebak. Selama dua dekade setelah pembunuhan, kawasan-kawasan kumuh dan buruk di East End dibersihkan dan dimusnahkan, namun jalan-jalan dan beberapa bangunan yang terkait dengan legenda Jack the Ripper tetap dipertahankan dan dipromosikan sebagai atraksi wisata. Penginapan The Ten Bells di Commercial Street, yang setidaknya pernah dikunjungi oleh salah seorang korban, dijadikan fokus utama pariwisata Ripper selama bertahun-tahun.
Setelah pembunuhan, sosok Jack the Ripper dengan cepat menjadi "momok menakutkan bagi anak-anak". Ia sering digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan dan mengerikan. Pada 1920-an dan 1930-an, Ripper digambarkan dalam berbagai film sebagai seorang pria yang mengenakan pakaian sehari-hari, dan secara diam-diam memangsa korban-korban yang tidak mencurigainya; atmosfer kejahatannya ditegaskan melalui efek pencahayaan dan bayangan hitam. Pada tahun 1960-an, Ripper telah menjadi "simbol aristokrasi predator", dan ditampilkan sebagai sosok pria misterius yang mengenakan topi koboi. Citra Ripper digabungkan, atau meminjam simbol-simbol kisah horor lainnya, misalnya jubah Drakula atau pemanen organ Victor Frankenstein.Dalam dunia fiksi, Ripper bisa menyatu dengan berbagai genre, mulai dari Sherlock Holmes hingga horor erotis Jepang.
Selain dokumen-dokumen kontemporer yang kontradiktif dan tidak dapat diandalkan, upaya untuk mengidentifikasi pembunuh juga terhambat oleh kurangnya bukti forensik yang selamat. Analisis DNA terhadap surat-surat yang masih ada tidak meyakinkan; surat-surat tersebut telah ditangani berkali-kali dan terlalu terkontaminasi untuk memberikan hasil yang berarti.
Jack the Ripper telah ditampilkan dalam ratusan karya fiksi dan non-fiksi, yang semakin mengaburkan batas antara fakta dan fiksi, termasuk surat-surat dan buku harian palsu Ripper. Ripper telah muncul dalam berbagai novel, cerita pendek, puisi, buku komik, permainan, lagu, drama, opera, program televisi, dan film. Sampai saat ini, terdapat lebih dari 100 karya non-fiksi yang secara eksklusif membahas tentang pembunuhan Jack the Ripper, menjadikannya sebagai salah satu pembunuh yang paling banyak ditulis di seluruh dunia. Istilah "ripperologi" diciptakan oleh Colin Wilson pada 1970-an untuk menggambarkan kajian dan studi mengenai kejahatan Ripper oleh pakar-pakar profesional maupun amatir. Majalah-majalah berkala seperti Ripperana, Ripperologist dan Ripper Notes mempublikasikan hasil penelitian tersebut.
Tidak seperti pembunuh-pembunuh populer lainnya, tidak ada sosok Jack the Ripper yang ditampilkan di Kamar Horor Madame Tussauds, sesuai dengan kebijakan mereka untuk tidak memodelkan tokoh yang sosoknya tidak diketahui. Sosok Ripper hanya ditampilkan dalam bentuk bayangan. Pada tahun 2006, Jack the Ripper dipilih oleh majalah BBC History dan pembacanya sebagai tokoh Britania terburuk dalam sejarah.

Untuk Informasi lebih lanjut dapat dibaca di http://id.wikipedia.org/wiki/Jack_The_Ripper

0 komentar:

Posting Komentar